MAYBRAT, (Maybrat News) - Kehadiran aparat Tentara Nasional Indonesia (TNI) di distrik Mare,
kabupaten Tambrauw, Papua Barat, bikin masyarakat takut dan resah. Hal
ini diungkapkan sembilan kepala kampung di distrik tersebut.
Herman Yewen, salah satu perwakilan Kepala Kampung, dari sembilan
kepala kampung di distrik Mare mengungkapkan bahwa pihaknya masih
mempertanyakan kehadiran aparat TNI. Kehadiran TNI dipertanyakan karena
tidak ada surat resmi tentang tujuan dan tugas kehadiran aparat.
Menanggapi kehadiran aparat tersebut, sembilan kepala kampung meminta
kejelasan tentang tujuan kehadiran pihak aparat kepada kepala kampung
agar bisa dijelaskan kepada masyarakat, sehingga tidak menimbulkan
ketakutan dan keresahan.
“Kepala distrik suruh kami tanggung (fasilitasi) mobil untuk angkut
aparat ke distrik Mare. Dia (kepala distrik) bilang ini perintah bupati.
Tetapi sampai sekarang ini kami tidak terima dan lihat surat resmi dari
bupati,” ungkap Yewen kepada Maybrat News pada Selasa (3/3/2020).
Menurut Yewen, harusnya semua kepala kampung mengetahui tujuan
kehadiran aparat di Mare, sebab kepala kampung dan masyarakatlah pemilik
wilayah Mare.
“Kalau ada surat, harus kasih tahu surat itu ke kami dan masyarakat
supaya kami tidak bertanya-tanya dan takut dengan kehadiran aparat yang
datang tiba-tiba itu. Kami punya masyarakat takut dan resah,” ujarnya.
Menurut Yewen, kehadiran aparat pada prinsipnya baik dan diterima.
Tetapi harus diperjelas tujuan kehadiran mereka. Sebab, kata dia, aparat
masuk ke sekolah dan cek aktivitas masyarakat di kepala air membuat
masyarakat merasa tidak aman.
“Kalau untuk jaga keamanan, itu baik. Kami juga terima. Karena itu
hadir untuk jaga keamanan bersama. Tetapi sekali lagi, bahwa harus kasih
tahu kami sembilan kepala kampung. Mereka punya gerak-gerik aneh-aneh.
Ada yang masuk ke sekolah tiba-tiba. Pergi cek aktivitas kepala air.
Mereka tidak boleh bersikap seperti itu,” tegasnya.
Dikatakan, biasanya Babinsa hanya datang untuk cek-cek keadaan di
distrik, setelah itu pulang. Namun, saat ini sikap aparat agak aneh, dan
membuat masyarakat tidak aman.
Agustina Nauw, perwakilan perempuan, menanggapi kehadiran aparat di
Mare mengaku dirinya merasa tidak aman dengan kehadiran aparat.
“Kehadiran mereka bikin kami ketakutan dan tidak berani untuk keluar
sendiri termasuk ke kebun. Saya merasa takut. Bukan hanya saya,
mama-mama dan perempuan muda di sini semua,” ungkapnya.
Ketakutan itu bukan tanpa alasan. Ia membeberkan, aparat yang hadir
di sana mulai kontrol dan melakukan patroli jam 11 – 12 malam.
“Itu jam tidak ada aktivitas. Tidak ada masyarakat yang mabuk. Mereka
ke sungai, tempat perempuan mandi. Kami mau ke kebun, mereka juga mau
ikut. Kita sebagai perempuan takut sekali. Mereka datang tiba-tiba.
Tidak ada kejelasan. Sikap mereka juga aneh. Kami perempuan mau keluar
sendiri-sendiri sudah takut,” bebernya.
Sembilan kepala kampung yang mempertanyakan kehadiran aparat tersebut
adalah kepala kampung Suswa, Kombif, Seya, Waban, Rufases, Nafasi,
Bakrabi, Sawo, dan Mahos.
Sementara itu, Acep, perwakilan aparat TNI di Mare menjelaskan,
kehadiran aparat TNI untuk ikut membantu pembangunan di distrik Mare.
Selain itu, mereka juga sebagai Koramil persiapan.
“Kami partner kerja dengan distrik dan kepala kampung. Kami
bekerjasama dengan distrik dan kepala kampung. Di sini kami ikut
membantu pembangunan di distrik Mare,” kata Acep.
Diketahui, pada 19 Februari 2020, 14 anggota tentara tiba di kampung
Suswa. Siswa SD, siswa SMP dan para guru menyambut kedatangan aparat
TNI.
Pada 25 Februari 2020, dua aparat masuk ke SD YPPK Mare. Langsung mengajar tanpa ijin ataupun surat tugas mengajar. Pada 26 Februari 2020, aparat masuk dalam kelas SD. Memeriksa buku-buku yang digunakan guru-guru di sana untuk mengajar.
Pada 26 Februari 2020, sore hari, aparat menanyakan kepada anak-anak tentang keberadaan Pastor Bernard Baru, OSA. Pada 28 Februari 2020, satu aparat masuk mengajar Matematika tanpa ijin di guru kelas, namun tidak lama, dan pada 29 Februari 2020, meminta ijin kepada guru untuk mengajarkan
anak-anak cara memasukan peluru dan menembak tepat sasaran, tetapi para
guru tidak mengijinkan. (Mrk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar