MAYBRAT, (Maybrat News) - Mahasiswa
Jogjakarta asal kabupaten Maybrat patungan dalam rangka membantu Bahan Pokok
(Bapok) Bama kepada para pejalar SMA asal Maybrat di Jawa Tengah. Hal itu disampaikan
Barthomius Korain kepada kami melalui telepon seluler Selasa. (10/6/20).
"Saya sebagai ketua
disini, kami bentuk tim meminta donasi dari mahasiswa/i Maybrat di Jogja, kita
kumpul uang kumpul beras kita packing semua dan kami antar ke 6 titik yakni
boyolali, semarang, kudus, pati, kudus, karanganyar, dan yang ke enam
purwodadi. Ternyata teman-teman disana sangat membutuhkan bantuan, nah kita
kasih bantuan. Dan itu murni dari kami mahasiswa Maybrat di Jogja karena peduli
kemanusiaan," Ungkapnya.
Ia mengatakan, hal itu
dilakukan, pasalnya nasib para mahasiswa maupun pelajar SMA, belum secara
serius diperhatikan oleh Pemda Maybrat dalam konteks wabah Covid 19.
"Mereka (pelajar SMA)
itu kan per tahun hanya dapat uang saku 3 juta, yang seharusnya mereka itu
dapat uang saku perbulan, bukan per tahun, sampai covid ini maka mereka minta
bantuan ke kami mahasiswa" Kata Korain Lanjutnya dia, para pelajar
itu pada prinsipnya senasip dengan mahasiswa tanpa perhatian pemerintah
Maybrat.
"Tadi kami bincang
bincang dengan mereka, memang mereka sangat butuh sekali untuk mendapat hantuan
dari lembaga manapun termasuk uluran tangan Pemda" Ucapnya
Korain pun menyebut,
sebelumnya statemen Bupati sudah jelas, untuk berikan bantuan dan prioritaskan
adik-adik ademadik, namun hingga sekarang belum juga direalisasikan.
Untuk itu, ia berharap agar
pemerintah lebih serius perhatikan nasip, baik mahasiswa maupun para pelajar
ademadik atau afirmasi asal Maybrat
"Kami ini adalah
generasi Maybrat, kami juga butuh perhatian penuh dari pemerintah Maybrat,
karena ini situasi bencana covid, jadi kami mohon pemerintah juga harus
selamatkan generasi mahasiswa Maybrat,"katanya. Barthomius yang juga ketua
mahasiswa Maybrat di Jogja ini berharap untuk tahun akan datang agar pemerintah
jangan menempatkan para pelajar ademadik di pelosok tanah Jawa, sebab sungguh
memprihatinkan.
"Tadi itu kita sampai
di tempat tinggal mereka ternyata mereka dititipkan dengan tetangga, bukan di
Asrama, bahkan ada yang dititip di
kampung-kampung" Tutup Barto Korain.(Mrk)