"Nehaf Sau Bonout Sau" "Satu Hati Satu Komitmen"

Jumat, 01 Februari 2019

Sejarah Injil Masuk di Pulau Mansinam (5 Februari)

MANOKWARI- (Maybrat News) - Kabar sukacita itu telah di bawa masuk seiring dengan mendaratnya 2 (dua) orang Zendeling (Penginjil) asal Jerman, Carl Willem Ottow dan Johann Gottlob Geissler di pantai pasir putih Pulau Mansinam, di depan bibir Teluk Doreh, yang kini dikenal dengan nama Teluk Doreri.
Kala itu, mereka berjumpa dengan wajah-wajah sangar dan tidak bersahabat dari penduduk Pulau tersebut bahasanya pun belum diketahui oleh Ottow dan Geissler, yang saat itu hanya ditemani seorang anak muda bernama Fritz (12) adalah anak dari guru dari Ternate yang diserahkannya kepada kedua zendeling guna menjai pelayan mereka.
Kedua penginjil tersebut sempat dipandang oleh orang asli Pulau Mansinam tersebut sebagai orang asing yang hendak datang untuk merampas kebebasan mereka,sehingga cepat atau lambat keduanya harus disingkirkan.
Perjalanan Ottow dan Geissler dari negeri Jerman itu ke Tanah Papua pada tahun 1855 berlangsung dalam waktu 3 (tiga) tahun sebagaimana ditulis dalam buku : Fajar Merekah di Tanah Papua : Hidup dan Karya Rasuk Papua Johann Gottlob Geissler (1830-1870) dan warisannya untuk masa kini, yang disunting oleh Pdt.DR.Rainer Scheunemann, terbitan Panitia Jubelium Emas 150 Tahun Hari Pekabaran Injil di Tanah Papua, tahun 2004 silam. Kisah Sekretaris Komisi HAM, Perdamaian, Keadilan dan Keutuhan Ciptaan, Badan pekerja GKI Manokwari, Yan Christian Warinussy,SH dalam press releasenya yang diterima media ini.
Lanjut Christian, perjalanan panjang ke Tanah Papua dimulai dari Berlin-Jerman ke Belanda pada tahun 1852 yang menurut catatan Geissler, Tanah Papua (New Guinea) adalah tujuan dan kerinduannya.Dari Berlin ke Belanda perjalanan mereka sebagian besar ditempuh dengan berjalan kaki untuk menghemat biaya.
Pada tanggal 26 Juni 1852 malam hari, Ottow dan Geissler berangkat  dari Rotterdam, Belanda menuju Batavia (kini Jakarta) dengan menumpang kapal Abel Tasman.
Tanggal 7 Oktober 1852 mereka tiba di dengan selamat di Batavia dan kesabaran mereka diuji, karena mereka harus menunggu disana selama kurang lebih 2 (dua) tahun, yaitu tepatnya pada bulan April 1854 barulah ada kesempatan untuk mereka meninggalkan Batavia untuk menuju tanah kerinduan mereka, yaitu Papua.
Kenapa mereka menuju Pulau Mansinam? Karena di Batavia ada seorang saudagar muda bernama Ring yang telah mendirikan sebuah perkumpulan misi, dan dia mendapat informasi, bahwa di Pulau kecil Mansinam dekat Manokwari hidup orang-orang yang terbuka. Menurut catatan bahwa waktu itu (1854), Tanah Papua tertutup dan penduduknya dianggap buas serta menolak orang asing.
Perjalanan dari Batavia menuju ke Ternate, wilayah otoritas pemerintahan Kesultanan Tidore saat itu, dimana Sultan Tidore sendiri  tidak keberatan apabila kedua rasul tersebut datang ke Mansinam. Hal itu ditandai dengan diberikannya surat jalan kepada kedua Zendeling oleh Sultan Tidore yang oleh penduduk Pulau Mansinam diakui kekuasaannya di bawah Pemerintahan Belanda waktu itu.
Pelayaran dari Ternate dengan menumpang kapal Ternate pada bulan Januari 1855 itu akhirnya tiba di Pulau Mansinam pada tanggal 5 Februari 1855 tepat pukul 6 pagi bersamaan dengan fajar yang merekah di ufuk Timur Tanah Papua, jangkar kapal dibuang untuk berlabuh di Teluk Doreh.
Keberadaan mereka di Pulau Mansinam dimulai dengan tinggal sementara waktu di sebuah gubuk peninggalan pelaut di tepi pantai pulau tersebut dan berupaya untuk dapat mencapai pantai Manukwar (kini Manokwari) dengan mulai membuat perahu.
Ketika mereka berhasil membuat sebuah perahu yang dapat mengantar mereka berdayung hingga tiba di bibir pantai Manukwar, mereka mendapati seluruh pantai dipenuhi hutan rimba. Sehingga beberapa hari harus bekerja menebangi pohon-pohon dan pada malam harinya mereka kembali ke Mansinam.
Akibat keras bekerja itu, maka mereka bertiga (otow, Geissler dan Fritz) sempat jatuh sakit secara beruntun, walau akhirnya mereka bisa pulih setelah diserang penyakit malaria. Akan tetapi semangat mereka untuk membuka tabir peradaban hidup Orang Papua yang dipandang primitif, sangar, buas dan tidak bersahabat telah mendorong mereka untuk terus kuat bertahan dan bekerja selama mungkin.
Hasilnya, untuk kepentingan komunikasi, maka mereka mempelajari bahasa lokal penduduk Mansinam, yaitu Bahasa Numfor (Mafoor), dan mereka juga berhasil menyusun sebuah kamus berisi 1500 kata dalam bahasa Numfor yang diserahkannya kepada komisi ilmu pengetahuan Belanda yang diutus ke Mansinam pada tahun 1858.
Dengan modal memahami bahasa Numfor dengan ditambah pemahaman atas bahasa Melayu, maka proses penginjilan dapat berjalan dengan semakin baik di Pulau Mansinam dan Manokwari, sebagai tempat pertama Injil Kristus mulai ditanamkan oleh kedua Rasul tersebut.
Hal itu terbukti nyata, ketika mereka berdua dapat mengajarkan Doa Bapa Kami dalam bahasa Numfor yang menjadi alat ampuh untuk semakin mendekatkan pemahaman dan hubungan dalam konteks penginjilan dengan orang-orang asli di Pulau Mansinam pada masa tersebut.
Tantangan dalam penginjilan juga dihadapi bukan saja dari penduduk asli Pulau Mansinam, tetapi juga dari para bajak laut yang seringkali datang ke Pulau tersebut dengan tujuan merampok dan membunuh.
Ottow dan Geissler seringkali terlibat dalam upaya mereka membela penduduk pulau ini dengan mengejar dan berupaya membebaskan para tawanan bajak laut tersebut.  Pembebasan itu tidak dicapai dengan cara-cara mudah, karena kedua zendeling juga harus terlibat pertarungan fisik yang sengit dan melelahkan dengan para bajak laut tersebut. Ini menjadi bukti betapa tantangan yang dihadapi para pembawa injil tersebut tidak mudah dan sangat berat saat itu. Pada tanggal 9 November 1862, Ottow meninggal dunia di Manokwari dan dimakamkan di Kwawi, Kabupaten Manokwari. Kemudian Geissler wafat pada tanggal 11 Juni 1870 di Siegen, Jerman.
Meskipun kedua zendeling tersebut sudah wafat,  tetapi buah dari pekerjaan mereka yang pertama kali mendaratkan Injil di Pulau Mansinam, Tanah Doreri tersebut hingga saat ini telah berbuah dan bertambah banyak memenuhi seluruh persada Tanah Papua. Sehingga senantiasa diperingati oleh kalangan Gereja Kristen maupun dengan dukungan pemerintah daerah ini sebagai suatu waktu dimana peradaban orang-orang asli Papua telah dirubah dari sebutan dahulu sebagai bangsa biadab menjadi bangsa yang beradab dan memiliki martabat dan hak asasi yang sama dengan seluruh penduduk bumi ini. 

Jurnalis         : Mrk
Fotografer    : Mrk
Editor           : Mrk

KPK Geledah Dua Rumah Kontraktor Di Manokwari

MANOKWARI (Maybrat News) – Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), melakukan penggeledahan terhadap dua rumah kontraktor yang berinisial S dan NA , di dua tempat berbeda di kota Manokwari, Papua Barat, (Maybrat News) Kamis (31/1).
Dalam penggeledahan dilakukan KPK, sejumlah aparat kepolisian bersenjata lengkap, melakukan pengewalan ketat, semua personil bersenjata mereka gunakan berasal dari Brimob Polda Papua Barat, sehingga warga yang akan menyaksikan dari dekat proses penggeladah tidak di ijinkan untuk mendekat.
Hal itu terjadi ketika KPK menggeledah rumah kontraktor berinisial NA di jalan Nusantara 1, Wosi dalam, kelurahan Wosi, Distrik Manokwari Barat,  sekitar pukul 11.00 wit, KPK datang bersama anggota Brimob, kemudian langsung masuk kedalam rumah dan melakukan penggeledahan di rumah tersebut.
berdasarkan informasi diterima arfaknews dari warga yang enggan disebut namanya mengatakan salah satu warga yang hendak menuju ke rumahnya yang bersebelahan dengan rumah di geledah, petugas kepolisian tidak mengijinkan untuk sementara menuju ke rumahnya sebelum proses penggeledah dilakukan KPK usai.
Kurang lebih satu jam, KPK melakukan penggeledahan di dalam rumah NA, kemudian penyidik KPK keluar membawa sejumlah koper yang diduga berisikan sejumlah dokumen proyek di sita sebagai langkah penyelidikan dilakukan KPK, lalu koper tersebut di masukkan kedalam mobil.
Usai menggeledah rumah NA, KPK lalu menggeledah rumah kontraktor berinisial S terletak di jalan Taman Ria Rendani, hal serupa dilakukan KPK di rumah NA, diman di rumah S ini, KPK juga membawa sejumlah dokumen penting yang tersimpan dalam koper.
Sementara penggeledahan di lakukan KPK di dua rumah kontraktor ini, terkait dengan pemeriksaan beberap waktu yang di lakukan KPK di kantor Polres Manokwari di Sowi gunung, yakni pemeriksaan terkait dana alokasi Khusus (DAK) 2017. (Kontributor Maybrat News)
 
Jurnalis   : Bambang
Editor      : Mrk

Maret, Tiga Kapal Program “Water Taxi” Beroperasi di Pesisir Teluk Bintuni

MAYBRAT (Maybrat News)  Melalui program “water taxi” kerjasama BP Tangguh dengan pemerintah kabupaten Teluk Bintuni maka mulai bulan Maret 2019, ada tiga kapal cepat yang akan beroperasi mengangkut penumpang, warga masyarakat di daerah pesisir Teluk Bintuni. Rute Bintuni ke Babo pergi pulang (PP), Bintuni ke Arandai PP dan Bintuni ke Tofoi PP.
Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Perhubungan Viktor Ririhena, SE di ruang kerjanya, Rabu (30/1/2019).
Tiga kapal bantuan BP Tangguh dengan kapasitas 20 penumpang itu merupakan dengan kerjasama Pemkab Teluk Bintuni, yang diproduksi oleh PT. Juragan Indonesia itu dalam pengoperasiaannya nanti oleh Perusda Bintuni Mandiri itu, kata Vicktor “launching” perdana pada bulan Maret 2019.

Vicktor Ririhena, SE
Mantan Kepala Samsat Teluk Bintuni itu menjelaskan bahwa, penumpang yang akan mengikuti “taxi laut” itu dapat naik pada jetty yang telah di tentukan seperti di Bintuni, Babo, Arandai dan Tofoi. “Warna masyarakat di distrik atau kampung yang berada dekat dengan Babo naik di Babo. Begitu juga dengan yang dekat dengan Arandai dan Tofoi,” ujarnya.

Program pengadaan speed atau kapal ini, kata Vicktor sebagai jawaban Bupati Ir. Petrus Kasihiw MT atas kebutuhan warga masyarakat yang melakukan aktivitas bepergian lewat laut di daerah pesisir Teluk Bintuni. “Karena selama ini masyarakat masih kesulitan transportasi laut,” tandasnya. (Iwan, Kontributor)

Jurnalis             : Iwan
Fotografer        : Iwan
Editor               : Mrk

Maret, Tiga Kapal Program “Water Taxi” Beroperasi di Pesisir Teluk Bintuni

MAYBRAT (Maybrat News)  Melalui program “water taxi” kerjasama BP Tangguh dengan pemerintah kabupaten Teluk Bintuni maka mulai bulan Maret 2019, ada tiga kapal cepat yang akan beroperasi mengangkut penumpang, warga masyarakat di daerah pesisir Teluk Bintuni. Rute Bintuni ke Babo pergi pulang (PP), Bintuni ke Arandai PP dan Bintuni ke Tofoi PP.
Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Perhubungan Viktor Ririhena, SE di ruang kerjanya, Rabu (30/1/2019).
Tiga kapal bantuan BP Tangguh dengan kapasitas 20 penumpang itu merupakan dengan kerjasama Pemkab Teluk Bintuni, yang diproduksi oleh PT. Juragan Indonesia itu dalam pengoperasiaannya nanti oleh Perusda Bintuni Mandiri itu, kata Vicktor “launching” perdana pada bulan Maret 2019.

Vicktor Ririhena, SE
Mantan Kepala Samsat Teluk Bintuni itu menjelaskan bahwa, penumpang yang akan mengikuti “taxi laut” itu dapat naik pada jetty yang telah di tentukan seperti di Bintuni, Babo, Arandai dan Tofoi. “Warna masyarakat di distrik atau kampung yang berada dekat dengan Babo naik di Babo. Begitu juga dengan yang dekat dengan Arandai dan Tofoi,” ujarnya.

Program pengadaan speed atau kapal ini, kata Vicktor sebagai jawaban Bupati Ir. Petrus Kasihiw MT atas kebutuhan warga masyarakat yang melakukan aktivitas bepergian lewat laut di daerah pesisir Teluk Bintuni. “Karena selama ini masyarakat masih kesulitan transportasi laut,” tandasnya. (Iwan, Kontributor)

Jurnalis             : Iwan
Fotografer        : Iwan
Editor               : Mrk

WARNING " Maybrat Dalam Radar KPK"

MAYBRAT (Maybrat Nesw): Usai makan malam di Swees Belhotel Sorong, salah satu staf Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia menyampaikan bahwa, Papua Barat rawan dengan kasus korupis kata staf KPK RI yang enggan sebutkan nama, ketika lawatanya ke Papua Barat yang konon bersamaan dengan lawatan Kementrian Hukum dan HAm.

ketika di tanya kabupaten mana yang masuk target buruan KPK, Ia menjawab yang saya ketahui Kabupaten Maybrat masuk dalam radar KPK, ketika di tanya lebih lanjut ia enggan menjelaskan apa dan mengapa statement itu di keluarkan,

sambil pergi begitu saja dengan menaiki mobil.

Jurnalis  : Mrk
Editor    : Mrk

Warinussy Sesalkan Sikap MENKUHAM yang Kabur Dari Wartawan Manokwari

''Aktivis Pembela Hukum dan HAM, Yan C Warinussy, SH''
Manokwari,  (Maybrat News) – Kehadiran Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly, di Manokwari, Papua Barat, Rabu (30/1), meninggalkan kesan buruk bagi para jurnalis. Tindakan Mentri Hukum dan HAM ini membuat aksi demo jurnalis di Manokwari di Kantor Wilayah Hukum dan HAM Papua Barat menjadi curiga akan posis Yasonna Laoly. Awak Media dengan maksud dapat bertemu dengan Menteri Hukum dan HAM terkait pemberian Grasi bagi I Nyoman Susrama, terpidana kasus pembunuhan berencana terhadap wartawan Radar Bali, Anak Agung Gede Bagus Narendra Prabangsa tidak tersampaikan.

Sikap MENKUHAM ini bukannya jalan terbaik Namun Menkumham malah kabur untuk menghindari aksi jurnalis tersebut. Aktivis Pembela Hukum dan HAM, yang juga merupakan salah satu advokat Senior di Papua Barat, Yan C. Warinussy, SH, menilai sikap Menkumham sangat mengecewakan dan tak etis. 

“Saya menyesalkan sikap tidak etis dari Saudara Yasonna Laoly sebagai seorang pejabat Negara, dalam menyikapi aksi damai para wartawan di Manokwari,” terangnya melalui rilis, Rabu malam.
Menurutnya, yang dipersoalkan adalah adanya kebijakan negara yang terkait erat dgn tugas dan kewenangan dari saudara Menkumham RI,  yakni pemberian remisi kepada narapidana pembunuh wartawan di Bali.

“Aksi rekan-rekan wartawan dijamin dan dilindungi sesuai amanat Pasal 28 UUD 1945,” bebernya.
Warinussy menegaskan kehadiran Menkumham sebagai pembantu Presiden, dinantikan untuk merespon positif terhadap berbagai aspirasi masyarakat di Manokwari dan Provinsi Papua Barat.
“Utamanya aspirasi yang terkait mengenai penegakan hukum dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia secara umum, termasuk di Tanah Papua,” pungkas Warinussy yang juga pernah sebagai jurnalis SKH Cenderawasih Pos Jayapura ini.


ketika Jumpa Pers di Kantor LP3BH, Warinusi menilai Kemenkuham Mengambil Sikap yang tidak etis, mengapa karena di era digitalisasi ini tidak ada problem yang perlu di sembunyikan lagi dari publik, apalagi ini suda masuk musim pemilu. ini tindakan yang tidak bisa di asumsikan sebagai tindakan pengalihan isu. pungkasnya.

Jurnalis          : Bambang
Foto Grafer   : Bambang
Editor           : Mrk

Michael R Kareth "Pengisian Jabatan DOB PBD Wajib Prioritaskan Orang Asli Papua"

                                                    Dr. Michael Rafael Kareth, S.Hut, M.Si Dr. Michael R Kareth, S.Hut,  M.Si., mantan Aktif...