14 Peserta Pendidikan (woun) yang Tamat Melakukan Foto Bersama MAYBRAT, (Maybrat News) - Setelah mengikuti pendidikan adat
(wuon) selama 6 bulan dari April sampai September 2021. Akhirnya, 14
orang peserta didik Wuon ditamatkan untuk kembali ke orang tua atau
keluarganya.
Pantauan, para tenaga pendidik melingkari 14 peserta didik dari
rumah wofle ke rumah dansa (srar) di kampung Aisyo Distrik Aifat
Kabupaten Maybrat Kamis, (30/9/2021).
Hadir dalam kegiatan
tersebut, Bupati Maybrat, Dr. Bernard Sagrim yang diwakili Kepala
Dispenda Maybrat, Melianus Saa, Kepala Dinas Pariwisata, Kepala Dinas
Persandian dan Data Maybrat, tokoh masyarakat Maybrat, Drs. Agustinus
Saa, M.Si, kepala distrik, kepala kampung dan masyarakat yang hadir.
Bupati
Maybrat Bernard Sagrim dalam sambutannya yang diwakili Kepala Dispenda
Maybrat, Melianus Saa mengutarakan kegiatan yang dilakukan masyarakat
tentunya juga menjadi perhatian dan dukungan pemerintah.
"Kegiatan pendidikan inisiasi adat (Wuon) yang
dilakukan di tiga wilayah besar yakni Aifat di Kumurkek sebanyak 14
orang dan Ayawasi sebanyak 19 orang sedangkan Aitinyo 32 orang dan
Ayamaru 9 orang. Ini kaitan dengan membentuk sikap dan mental bagi
peserta didik laki-laki ketika turung menjalankan hidup yang baik aman
dan harmonis dengan sesama, alam semesta dan Tuhan,"ujarnya.
Pendidikan
inisiasi (wuon) kata Melianus Saa, itu simbol dan jati diri kita orang
Maybrat sedangkan kain timur itu bukan budaya kita tetapi hanya pakai
jadikan pertukaran bayar membayar dan lainnya sedangkan hak ciptanya
orang timur.
"Wuon ini kita punya jadi kita harus
pertahankan karena ini jati diri kita, bila perlu kedepan di buat suatu
Peraturan Daerah (Perda) untuk setiap dua tiga tahun digelar sebagai
warisan budaya untuk generasi berikutnya, bila perlu dijadikan sebagai
festifal budaya Maybrat,"tandasnya.
Selain itu, ketua panitia pendidikan inisiasi
adat (wuon), Manfred Baho mengatakan pendidikan wuon yang dilakukan saat
ini merupakan upaya pewarisan budaya dan jati diri orang Maybrat untuk
membentuk karakter, mental dan sikap bagi generasi muda laki-laki.
"Ini budaya kita, daripada hilang sebaiknya diwariskan.
Bila perlu dilakukan setiap dua atau tiga tahun. Jadi yang dilakukan
saat ini ada tiga tahap yaitu tahap pertama merif wuon tena (penunjukan
murid baru) tahap kedua fane aret (kurban) dan tahap ketiga makuo mbo
(ungkapan syukur) dengan makan bersama dan siswa baru kembalikan ke
orang tua atau keluarganya,"ungkapnya.
Tidak langsung
kembali ke keluarga kata Manfred Baho yang juga kepala kampung Aisyo
Distrik Aifat Kabupaten Maybrat provinsi Papua Barat bahwa selama 1
bulan mereka (red) tinggal di rumah dan makan sendiri tidak bersentuhan
langsung dengan keluarga atau warga sekitarnya.
"Jadi,
setelah satu bulan baru mereka (red) kembali bisa bersentuhan dengan
keluarga atau warga sekitarnya tetapi saat ini tinggal di rumah sendiri
termasuk makan dan minum,"ucapnya.
Dirinya berharap, apa yang dilakukan saat ini untuk mempertahankan
identitas dan jati diri budaya orang Maybrat yaitu pendidikan adat
(Wuon) bagi laki dan pendidikan fenia mroh bagi perempuan yang diwarisi
nenek moyang kita sampai saat ini.
"Kami sampaikan
terima kasih kepada warga masyarakat, khususnya keluarga yang punya anak
ikut pendidikan adat (wuon) yang ikut mendukung penuh kerja panitia
sehingga dari persiapan sampai hari terakhir berjalan aman baik dan
lancar. (Mrk)