Pantauan media ini, deklarasi petisi penolakan Otsus Jilid II yang dimulai pukul 15.00-17 wit yang dipimpin Komite Nasional Papua Barat (KNPB) wilayah Maybrat dan dukung dan berbagai organisasi gerakan, komponen agama, adat, perempuan dan mahasiswa yang bergantian menyampaikan orasi politik dengan yel-yel “Tolak Otsus” dan “Papua Merdeka”. Masa yang hadir sekitar 500 lebih orang yang datang dari berbagai wilayah di Maybrat dengan membawa spanduk yang bertuliskan Otsus No Referendum Yes, Indonesia Stop perpanjang Otsus Jilid II itu bukan solusi bagi rakyat Papua, kami rakyat Maybrat 100 persen tolak Otsus jilid II dan lainnya.
Deklarasi petisi penolakan Otsus jilid II di kampung Kamat berjalan aman dan lancar dikawal 6 anggota Intel Polres Sorong Selatan sampai selesai.
Sekretaris KNPB Wilayah Maybrat, Yosep Kamat mengatakan petisi berhasil ditandatangani rakyat Papua di Maybrat sebanyak 3.925 orang dari empat wilayah besar yaitu suku Tehit, Imeko, Moskona dan suku Maybrat untuk penolakan Otsus Jiid II yang dilaksanakan mulai dari tanggal 26 Juli -5 September 2020 dalam bentuk dukungan itu datang dari rakyat Papua di wilayah suku besar itu secara individu, organisasi dan lembaga-lemabaga sosial, kepala-kepala kampung dan kepala distrik atas nama rakyatnya.
Yosep menegaskan rakyat Papua tolak Otsus jilid II karena, selama 20 tahun Otsus di tanah Papua tidak ada hasil apa-apa. “Tidak ada kesejahteraan bagi rakyat Papua malahan rakyat yang dibunuh, disiksa, dan dianiaya, dipenjara dan alam kami dirusaki oleh negara RI,” katanya.
Abel Assem Kordinator penggalangan petisi mengutarakan petisi dukungan rakyat Papua tolak Otsus jilid II yang telah kami jalankan dari rumah ke rumah, kampung ke kampung dan distrik ke distrik.
“Dukungan rakyat Papua tolak Otsus berhasil dilakukan dan mendapat dukungan 3.925 orang, untuk menolak Otsus jilid II dan minta merdeka. Kami rakyat Papua di Maybrat menolak segala bentuk evaluasi dan revisi Otsus dalam bentuk apapun. Kami tuntut segera kembalikan kepada rakyat West Papua untuk menentukan nasibnya sendiri sebagai solusi yang demokratis,” kata Abel Asem yang juga ketua 1 KNPB Wilayah Maybrat.
Sementara itu, perwakilan dari perempuan Melanesia Diana Assem meminta segelintir orang Papua yang memilukan tangisan air mata mama Papua ketika melihat anaknya yang dilahirkan tetapi terus dibunuh oleh negara, sebaiknya ada hati bagi rakyat Papua di tengah konflik yang terus berdarah-darah.
“Kompromi segelintir elit dengan Jakarta untuk revisi Otsus itu, karena
tidak pahami apa yang sudah dan sedang dialami dan dituntut oleh rakyat
selama ini,” pesan dia. (Mrk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar